Kamis, 18 Desember 2014

Sore(bagian 3)



Melihat dan memandang waktu yang berbeda di tengah kenyataan dan impian adalah kejutan. rasa suntuk dan megah mungkin ada untuk sementara waktu yang hanya digunakan dalam kesia-siaan. Mungkin angin dan keluarga besarnya, alam, bertanya, " apakah tak berarti yang sedang kau lakukan? Apakah kau akan menunggu hanya untuk sebuah kata 'belaka'?". Derasnya pikiran yang mengelilingi mungkin hanya sebentar saja sebelum akan tinggal selamanya di keabadian,
Alam kadang berkata lain dengan apa yang sedang kau injakkan? alam sendiri yang akan bercerita tentang pemilihan antara waktu dan hidup. Mungkin saja benar, alam kini diam dalam tak keberdayaan akan tetapi alam akan menumpahkan semua yang ia simpan sendirian dengan waktu. Andai saja ada celah antara alam dan kita, aku akan lebih lega mendengarnya. Mereka semua hidup di setiap waktu yang dibiarkan begitu saja, mungkin saja kau tak pernah menyadari keberadaan mereka. Sebentar, itu akan terungkap. Itulah cerita alam kepada angin yang membawa kabar untuk siapa saja.
Sore, ini bukan sore, tetapi beberapa jam lagi aku akan menemuimu sore. Sudah lama tak berjumpa sore, sudah lama aku tak menyapamu sore ketika kau berjalan setiap harinya di sekelilingku sore. Sore kadang aku masih berada di titik masa yang tak pernah bergerak dan hanya berputar di tempat yang sama. Sore, alam akan menerima semua tentangku tetapi ia juga akan mengambil kebijaksanaaanya tentangku. memang tak mudah sore, alam sendiri bercerita tentangnya, tentangku, dan semua yang ia rasakan sore.
Sore apakah kau masih ingat dengan lagu yang kedendangkan pada alam saat alam sendiri. Saat menyendiri itulah, aku bisa merasakan alam ada di depanku. Sore, aku tak pernah lagi khawatir untuk berdiri dan menegakkan kaki disini sore tetapi aku selalu merasa statis di titik massa yang selalu berotasi disumbu yang sama. Sore, aku banyak bercerita tentangku dan kehidupanku. Sore, aku ingin bertanya padamu, pada langit, apakah kau masih menyapa malam yang selalu menghampirimu? Apakah kau juga masih menyapa siang yang selau pergi sebelum kau datang? Iya sore, kau tak pernah bisa menyapa mereka untuk mendengarkan cerita mereka karena kau ditakdirkan untukmu sore.
Maka dengarkanlah sore nyanyian alam yang akan membangunkanmu sore dan malam. Aku ingin bercerita tentang kelembaman diriku sore.  Kelembaman yang tak bergerak mengikuti waktu dan kelembaman yang berada di titik pusat gravitasi sore. Sore, ceita kelembaman belum pernah aku bagikan dengan alam. Aku ingin memulainya dengan ceritamu sore. Sore, sekali lagi dengan ini aku mengutarakan apa yang terbenam dalam pikiranku dan tak semuanya memahami diriku. Sekarang angin mulai datang menyapaku sore sebelum kau datang lebih dulu kepadaku sore.
Alam juga mendengar setiap gemericik suara yang ku dendangkan bersama syair sore dari timur hingga ke barat. Alam juga melihat setiap titik sudut yang mengelilingi langkahku dan waktu. Alam tak pernah menyalahi, ia selalu sabar dengan langkahku menyusuri setiap inchi waktu. Alam selalu menyaksikan semua yang tak bisa kau saksikan sore dan alam pun mendengarnya. Alam selalu begitu saat semua kelembaman berda di titik pusatnya. Begitulah sore.

-Intan Sari, Bandung, 4 November 2014, rangkaian cerita sore-

Serendipity

   Before the moonshine came out to announce the day will be clear with shining stars, the sun has been informed to the sky do not move thos...