Jumat, 31 Agustus 2018

Sore (Part 4 dan 5 )

          




















Sore, hiburan adalah cerita yang selalu dinantikan siang. Ia terus bergemuruh mendengar sajak-sajak kehidupan, dekat sekali dengan analogi manusia. Sore, keberadaan siang dan hari mempertanyakan dirimu, Andai tahu ia sore pastinya cerita yang akan diungkapkan menghilang. Dengar, gemuruh  api belum tentu menghilang dari hadapan siang, ia masih ada bahkan air yang membasuhnya pun tak bisa memadamkannya. Gemuruhnya mengangkasa menjauhkan semua yang berhadapan dengannya. Jangankan berhadapan denganmu sore, ia tak tahu bagaimana ia memalingkan wajahnya untuk pergi sementara. Sore, dengarkan setiap bunyi rindu yang diutarakan waktu menghadang gemuruh. Ia bukan saja terluka karena jejak yang ditinggalkan oleh siang tetapi juga terluka karena ia belum mengobati dirinya sendiri. Lihat udara seakan datang kepadamu sore membuka awan tebal yang dulu singgah di dekatmu, menanti menunggu rintik rindu menghapusnya.
            Itulah pesan malam padamu sore sebelum kau beranjak untuk bersembunyi di balik wajah anggunmu. Malam tak pernah bisa bicara pada sore dan siang, ia hanya mampu mengisyaratkan dan memberi tanda bahwa ia mempunyai firasat yang tak pernah dirasakan namun ia akan terasa jika rintik rindu mulai datang kembali padanya. Sejenak diam dari peradaban, sejenak menghilang dan sejenak ia datang. Bukankah suram bagi siapa saja menyangkal hakikat kebenaran? Seharusnya ia mampu untuk tegak berdiri di hadapan medan pertempuran terluar.
            Kabar itu tak selamanya benar, kesepian langkah menuju kepastian akan selalu ditunggu oleh perputaran waktu. Jauh dimata kehadiran akan kabar itu telah lama dinanti semua yang merasa kehilangan, bukan karena tak mampu menerka namun hal biasa yang mempersulit.  Bukankah waktu itu sakit harus menungguu ketika semua jalan yang terbuka tidak ada ujungnya? Rasa yang dirasakan detik sedetik menghapusnya membiarkannya pergi tanpa arah. Sore, sedikitkah itu cerita yang disampaikan siang kepada malam dan hanya sore yang tak bisa pergi. Kehangatan dari kebersamaan bukankah semua hal yang wajar tetapi gemuruh yang dikibaskan oleh siang menghancurkan luluh sepi yang tak pernah padam.
            Sudahkan saja  waktu yang terus menunggu hingga tiada ujung, sudahkan saja langkah yang pernah berhenti diatas waktu karena kesanggupannya kini hilang. Sampaikanlah sedikit waktu yang bisa dipakai dalam sesal dan duka karena bukan hanya mereka yang hilang tetapi gundahh yang akan pergi tak pernah kembali.

            Sore, dengarkan cerita kali ini. Apakah bnyi bait bisa berubah di setiap tangga nada? Sore apakah pagi juga akan mendengar nada yang sama setiap malam mengubah bait lagunya? Sore, arus angin tak pernah berhenti membuat nada dan irama di setiap lembaran hari. Ia selalu berganti dan berpindah arah hingga terciptalah melodi di setiap dengungan alam. Sore, warna malam dan pagi tidak juga menghilang dari benak sore, ia hanya menunggu siang untuk menghapusnya daan mengembalikan kepada alam. Sore, tiap kalinya pagi bertemu malam selalu bertanya, akankah pagi dapat bertemu dengan sore? Semua pertanyaan itu menimbulkan tanda bagi sore. Lalu dapatkah tanda itu berubah wujud dengan mengartikan semua memori nada sore yang dilukiskan alam? Dengar setaip semilirnya angina bercerita tentang kehidupan sore dan setiap itulah jiwa dan alam akan menyatu di alam bahana. Setiap kail yang mengail dan setiap arus yang membawa akan tetap sampai di setia pelataran alam. Bukankah itu sebuah melodi yang tiap kali dinantikan? Masih ingatkah tentang gemuruh yang membaw pesan luka padamu sore? Pesan luka itu itu kini ttergerus oleh angin timur membawa ia pergi dari kedetan dengan matahari. Sejauh itu gemueruh pergi dan tidak menyisakan api di sekelilingnya.
            Nada itu masih sama dan ia hanya berdiam sebentar di pelataran alam. Ia hanya menunggu detik dan detik untuk menghilang sebelum alam memanggil. Dan saat itu hembusan udara tetap melaju sama dengan awan membuka setiap bidikan di tengah keramaian sore. Entah bagaimana sore tak pernah mengetahui apakh itu rintisan nada atau itu adalah gemuruh yang dulu pergi datang kembali. Pagi, ia belum beranjak dari timur, ia hanya perlu menatap sekali lagi untuk menetapkan nada sebelum alam menyuruhnya pergi. Dan malam, ia akan selau membuka dirinya di setiap tepian alam , menunggu setiap arus udara panas datang dan membawakan cahaya dingin dari udara bulan untuk alam. Siang, ia tak bisa pergi dari pertengahan kahtulistiwa karena nada alam mengikat dirinya untuk tetap berdiri mengikat semua arus dingin di ujung alam.

            Dan malam ia hanya belajar melihat dari kejauhan, menunggu setiap detik dengan aroma keanggunan sang bulan. Itulah kabar yang diberian padamu sore. Nada itu masih berkeliaran hingga ia menemukan sebuah kedamaian di alam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serendipity

   Before the moonshine came out to announce the day will be clear with shining stars, the sun has been informed to the sky do not move thos...