Sore,
hiburan adalah cerita yang selalu dinantikan siang. Ia terus bergemuruh
mendengar sajak-sajak kehidupan, dekat sekali dengan analogi manusia. Sore,
keberadaan siang dan hari mempertanyakan dirimu, Andai tahu ia sore pastinya
cerita yang akan diungkapkan menghilang. Dengar, gemuruh api belum tentu menghilang dari hadapan
siang, ia masih ada bahkan air yang membasuhnya pun tak bisa memadamkannya.
Gemuruhnya mengangkasa menjauhkan semua yang berhadapan dengannya. Jangankan
berhadapan denganmu sore, ia tak tahu bagaimana ia memalingkan wajahnya untuk
pergi sementara. Sore, dengarkan setiap bunyi rindu yang diutarakan waktu
menghadang gemuruh. Ia bukan saja terluka karena jejak yang ditinggalkan oleh
siang tetapi juga terluka karena ia belum mengobati dirinya sendiri. Lihat udara
seakan datang kepadamu sore membuka awan tebal yang dulu singgah di dekatmu,
menanti menunggu rintik rindu menghapusnya.
Itulah pesan malam padamu sore
sebelum kau beranjak untuk bersembunyi di balik wajah anggunmu. Malam tak
pernah bisa bicara pada sore dan siang, ia hanya mampu mengisyaratkan dan
memberi tanda bahwa ia mempunyai firasat yang tak pernah dirasakan namun ia
akan terasa jika rintik rindu mulai datang kembali padanya. Sejenak diam dari
peradaban, sejenak menghilang dan sejenak ia datang. Bukankah suram bagi siapa
saja menyangkal hakikat kebenaran? Seharusnya ia mampu untuk tegak berdiri di
hadapan medan pertempuran terluar.
Kabar itu tak selamanya benar,
kesepian langkah menuju kepastian akan selalu ditunggu oleh perputaran waktu.
Jauh dimata kehadiran akan kabar itu telah lama dinanti semua yang merasa
kehilangan, bukan karena tak mampu menerka namun hal biasa yang
mempersulit. Bukankah waktu itu sakit
harus menungguu ketika semua jalan yang terbuka tidak ada ujungnya? Rasa yang
dirasakan detik sedetik menghapusnya membiarkannya pergi tanpa arah. Sore,
sedikitkah itu cerita yang disampaikan siang kepada malam dan hanya sore yang
tak bisa pergi. Kehangatan dari kebersamaan bukankah semua hal yang wajar
tetapi gemuruh yang dikibaskan oleh siang menghancurkan luluh sepi yang tak
pernah padam.
Sudahkan saja waktu yang terus menunggu hingga tiada ujung,
sudahkan saja langkah yang pernah berhenti diatas waktu karena kesanggupannya
kini hilang. Sampaikanlah sedikit waktu yang bisa dipakai dalam sesal dan duka
karena bukan hanya mereka yang hilang tetapi gundahh yang akan pergi tak pernah
kembali.
Sore, dengarkan cerita kali ini.
Apakah bnyi bait bisa berubah di setiap tangga nada? Sore apakah pagi juga akan
mendengar nada yang sama setiap malam mengubah bait lagunya? Sore, arus angin tak pernah berhenti membuat nada dan irama di setiap lembaran hari. Ia selalu
berganti dan berpindah arah hingga terciptalah melodi di setiap dengungan alam.
Sore, warna malam dan pagi tidak juga menghilang dari benak sore, ia hanya
menunggu siang untuk menghapusnya daan mengembalikan kepada alam. Sore, tiap
kalinya pagi bertemu malam selalu bertanya, akankah pagi dapat bertemu dengan
sore? Semua pertanyaan itu menimbulkan tanda bagi sore. Lalu dapatkah tanda itu
berubah wujud dengan mengartikan semua memori nada sore yang dilukiskan alam?
Dengar setaip semilirnya angina bercerita tentang kehidupan sore dan setiap
itulah jiwa dan alam akan menyatu di alam bahana. Setiap kail yang mengail dan
setiap arus yang membawa akan tetap sampai di setia pelataran alam. Bukankah
itu sebuah melodi yang tiap kali dinantikan? Masih ingatkah tentang gemuruh
yang membaw pesan luka padamu sore? Pesan luka itu itu kini ttergerus oleh
angin timur membawa ia pergi dari kedetan dengan matahari. Sejauh itu gemueruh
pergi dan tidak menyisakan api di sekelilingnya.
Nada itu masih sama dan ia hanya
berdiam sebentar di pelataran alam. Ia hanya menunggu detik dan detik untuk
menghilang sebelum alam memanggil. Dan saat itu hembusan udara tetap melaju
sama dengan awan membuka setiap bidikan di tengah keramaian sore. Entah
bagaimana sore tak pernah mengetahui apakh itu rintisan nada atau itu adalah
gemuruh yang dulu pergi datang kembali. Pagi, ia belum beranjak dari timur, ia
hanya perlu menatap sekali lagi untuk menetapkan nada sebelum alam menyuruhnya
pergi. Dan malam, ia akan selau membuka dirinya di setiap tepian alam ,
menunggu setiap arus udara panas datang dan membawakan cahaya dingin dari udara
bulan untuk alam. Siang, ia tak bisa pergi dari pertengahan kahtulistiwa karena
nada alam mengikat dirinya untuk tetap berdiri mengikat semua arus dingin di ujung
alam.
Dan malam ia hanya belajar melihat
dari kejauhan, menunggu setiap detik dengan aroma keanggunan sang bulan. Itulah
kabar yang diberian padamu sore. Nada itu masih berkeliaran hingga ia menemukan
sebuah kedamaian di alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar