Berjuta
kali kata-kata merangkai dalam pikiran menunjukkan betapa rumitnya jalan cerita
yang terukir dari waktu ke waktu. Seribu kali diam dalam pikiran kata-kata, layaknya ambigu yang masih tersimpan rapat. Puluhan kali disampaikan bagaimana
huruf-huruf tersebut akan membangun cerita yang utuh. Pikiran itu terus saja
mengombang-ambingkan seluruh benak perasaan yang diam mencoba bergerak walau terpaan angin menghadang. Mesin waktu hanya sebentar berjalan untuk kembali mengajak
pikiran berpikir ulang di dalam benak namun sangkaan selalu berada di depan kata-kata.
Betapa tidak menentunya pikiran dan menjadikannya beban dalam hati. Langkah
kedepan tak pasti namun mundur ke belakang juga sudah tak bisa. Kekuatan hati
dan pikiraan menjadi lemah, menatap gelisah tentang waktu yang berlari menjauh
setiap saat.
Detik
itu pun juga menjauh dalam rangkaian pikiran yang tak menentu, bagaimanapun itu
adalah campuran rasa yang terkurung milyaran detik sejak terakhir berada dalam
hati. Penemuan tentang hati selalu bisa membangun kembali kepercayaan atau
menghancurkan kepercayaan siapa diri sebenarnya. Tatapan yang membutakan hanya bisa menatap
lurus tanpa bisa merasakan aliran warna di sekitarnya. Tumbukan pikiran dan
hati berubah menjadi boomerang yang menggelegarkan seluruh singgasana pikiran. Dalam
ribuan hari itu menjadi violet vision. Violet tentang hidup atau tidak pun masih
berada dalam setiap kata-kata yang terlintas, hanya saja diwakilkan oleh
seratus rangkaian pikiran yang tak menentu. Apakah bisa menjadi penglihatan
jelas dalam segala keadaan?
Akal
dan pikiran tak menyatu dan saling berselisih mengenai nilai yang paling bisa
dipercaya. Tak ada kata andai yang berlalu dan kata itu terus bermunculan
menjadi candu yang menumbuhkan ketidakpercayaan. Mungkin saja perasaan yang
bertarung dengan pikiran menjadi lawan yang sulit dikalahkan. Walaupun sejuta
kata berbicara mengenai jajaran pikiran yang terukir dalam satu kata percaya,
sesulit itukah untuk tak melupakannya dalam alam pikiran? Warna yang baru saja
diantarkan dalam kata-kata membekas di setiap perjalanan pikiran dan hanya bisa
menggunung di dalam perbukitan hati. Suasana seperti itu membeku dalam rentang
waktu ribuan bulan dan hanya bisa menjawab dalam diam.
Wajah
matahari yang mulai tak terlihat dalam kesendiriannya dan mendungnya awan yang
mulai menghitam, menandakan detik-detik kabut akan segera datang menghampiri.
Gerhana yang tak seharusnya muncul mulai hidup kembali dalam aliran angin dari
ujung timur. Bagaimanapun angin sering memberi kabar bahwa warna alam akan
segera berubah menjadi violet. Dalam rentang berapa bulan lagi gerhana
akan menyatu dengan matahari dan merubah semua cahaya menjadi tak terlihat dan
membentangkan alam dengan restorasi hitam? Batu-batu pun tak akan kuat lagi menahan
runtuhnya langit yang memanas karena matahari yang terus berada setiap saat.
Sudahkah bertanya tentang bagaimana keadaan violet itu kepada alam?
Secarik
kertas hanya bisa menghiasi kata-kata dengan tinta hitam, mengubah dari kosong
menjadi penuh huruf. Bukan berarti, semua kata-kata akan menjadi histori yang
akan dikenang dalam kehidupan. Kata-kata fokus yang tidak bisa dituangkan dalam
deretan kalimat sudah pasti bukan isi dari pikiran, hanya terlintas dan mencoba
lari dari apa yang akan dirangkai dalam kertas putih atau kertas buram. Waktu,
mungkinkah kembali tenang dan damai dalam menghadapai berbagai sekeluwet
jalinan kata-kata yang sudah ada dalam barisan pikiran dan bersiap untuk
ditumpahkan kapan saja? Inikah yang disebut dengan anggukan sebentar, tak
menilai tetapi hanya sebuah pandangan violet dalam kesendirian pikiran.
Kata-kata
yang lugas dan terang selalu membuat siapa pun yang membacanya akan mengingat
dengan baik layaknya setiap tinta yang dilukiskan di coretan tak pernah hilang. Tentang hati dan pikiran yang menyangkut kata-kata akan dikemas untuk
dikembangkan dan disampaikan atau dikuburkan bersama ketidaksadaran pikiran.
Berjuta kali rasa memaki dalam diri terus bertambah, bertanya tentang setiap
peran kata yang terlintas dan mungkin hanya sebatas mimpi yang tak diingat
kembali. Alur kata yang dirangkai menyakinkan kedalam hati bahwa itu adalah
kekuatan yang disampaikan melalui huruf-huruf. Benarkah? Dan kata-kata itu
diperdengarkan kembali ke dalam sanubari pikiran. Menghitung waktu, itulah
jalan cerita yang sedang dirangkum, bisa jadi terlalu cepat, terlalu lambat
atau hening di tempat seperti fatamorgana.
Dalam
alur cerita, kata-kata akan menjadi sangat bermakna, mengarah ke tujuan yang
tepat, mengubah banyak pikiran dan hati namun akhirnya berhenti di akhir
cerita. Rantai kata yang panjang mungkin berhasil memperhalus cerita menjadi
nyata dan menarik namun kembali berakhir di titik. Suasana yang membeku, tak
ada matahari, hanya angin dingin yang selalu hilir mudik menambah bekunya pikiran
sepanjang detik yang berlalu. Alur cerita tak seperti alur kata yang akhirnya
bisa berlepas diri dari keterkaitan antara pikiran dan hati. Lagi dan lagi,
menghitung detik matahari akan kembali bersinar membuat tumpukan huruf itu
menggunung semakin membesar, menilik apakah akan ada kelanjutan dari kata-kata.
Tidak, matahari akan kembali dan menyinari bagaimana ia bersinar seperti
biasanya. Satu dua kata mungkin tak bisa menjadi alur cerita komplit. Bukan
mungkin, tapi realitanya seperti itu, terus berulang dan berulang dalam kelok sembilan
pikiran, menanjak-menurun mengikuti arus pikiran dan hati, berhenti sebentar
dan mengangguk kalimat yang dirangkai tanpa isi. Sungguh, kata-kata pikiran
ini begitu jenaka, mengejek sendiri bagaimana karangan ini dibuat dengan keabsurdan
tangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar