Sejenak pagi memikirkan tentang kehidupan alam, tentang waktu yang telah berlalu. Sejenak pagi ingin menyeka kembali runtuhan air yang jatuh di atas bumi. Selama waktu air selalu membasahi bumi, selama itu pagi belum menerima cahaya yang menyingkap semua arti alam tentang hidup. Serbuan embun menyapa pagi dan mempersempit semua pandangan tentang alam. Hembusan napas pagi juga menjadi semakin beku menuju kepada jalur es yang telah mencair. Namun, itu tak mungkin segera meleleh karena hembusan angin dari timur tidak memperlambat kebekuan pagi. Dilemanya pagi bukan hanya tentang embun dan angin yang membeku, semburat cahaya dari timur tak kunjung meampakkkan diri, membuka diri untuk penglihatan yang lebih jauh bermakna tentang hidup alam.
Pagi,
sudahkah kau menyapa alam dan bertanya kabar tentang sore? Sejak garis bintang
ditetapkan untuk kalian, sejak itu tak akan pernah ada pertemuan. Itu hanya
khayalan.
Waktu
akan bertanya tentang pagi dan sore, menunjuk siapa yang akan memimpin semua
penglihatan dan membekukan semua pandangan namun melelehkan semua kegelapan.
Sejenak semuanya terdiam, menunggu balasan dari pagi dan sore. Mungkinkah semua
itu hanya sebuah permainan senda gurau sementara tanpa mengetahui tujuan
semuanya? Tidak, itu hanya sebuah gambaran mengenai kegelapan yang menyelimuti
waktu. Itu hanya sementara namun segala guncangan yang terjadi di bumi itu baru
permulaan. Pagi, ingatkah tentang waktu yang kau temui saat takdir membawa
garis sore dihadapanmu? Itu menghidupkan sebuah jiwa yang tersimpang rapat di
dalam kebekuan pikiran.
Alunan
gita nada membangunkan pagi dari kebekuan hati, menarik setiap serat pikiran
yang menghalangi pandangan. Setiap irama yang terdengar menyiratkan tentang
jalan alunan nada dengan berbagai cerita yang akan memperlihatkan bagaimana
waktu akan menyapu semua kebekuan pikiran. Dan saat itu pagi mulai berjalan
dengan alunan nada yang bergetar di frekuensi alam, membuktikkan bahwa ia hanya
berada dalam lintasan waktu yang telah ditetapkan takdir. Keadaan waktu membeku
itu pun mulai mencair, menumpahkan semua emosi jiwa di alam kebekuan dan
melahirkan sebuah secercah cahaya di ujung timur. Saat itu, pagi mulai berpikir
kembali tentang alam waktu yang telah ditemuinya di kehidupan alam. Sejenak,
semua penglihatan buram menghilang dan membaur dengan sinar dari ufuk menuju
keterangan waktu yang akan datang.
Aliran
waktu terus mengubah setiap guncangan alam dan membuat setiap takdir bintang
berjalan kembali. Pagi akan menulis cerita kepadamu sore. Apakah itu akan
menjadi satu-satunya cara untuk menyapamu sore. Pagi akan melangkah menjauh dari
waaktunya dan berakhir dengan sambutan siang yang mulai hadir di tengah hari.
Sejak alam mulai menghiasi langit dengan lautan biru yang mengkilap, sejak itu
petanda waktu untuk memulai penglihatan waktu dimulai. Detik yang menuju waktu
di tengah pun akan meneruskannya ke dalam putaran waktu. Kita hanya berceloteh
tentang bagaimana waktu itu hadir di setiap hembusan napas. Pernahkah berpikir
untuk mengisi setiap detak detik itu menjadi sebuah getaran hidup alam? Tidak.
Itu lagi-lagi hanya sebuah percakapan yang akan dituliskan pagi untukmu sore.
Sejenak. Lautan detik itu terhenti,
Beberapa
saat angin mulai memberi kabar kepada sore.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar